Minggu, 11 Desember 2011

JERITAN RUH KEPADA RABBNYA 1






وَالله يَدْعُوْا اِلَى دَارِ السَّلاَمِ وَيَهْدِى مَنْ يَّشَآءُ اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

“Allah menyeru (manusia) ke Darus Salam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. 10 : 25)

وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِّى مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا


Dan katakanlah : “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS. 17 : 80)

Allah S.W.T. telah menyeru manusia untuk memasuki surga, yakni suasana hidup dan kehidupan yang penuh kesejukan kesegaran ketentraman saling kasih sayang tanpa ada penekanan satu dengan yang lain. Untuk bisa menuju ke sana (ke surga), maka Allah dengan rahmat dan kasih sayangnya menurunkan kitab yang tidak ada keraguan dan kebengkokan dan dikirim Rasul S.A.W. untuk menjelaskan kitab serta teladan dalam hidup dan kehidupan. Namun, sungguh manusia itu dzalim lagi kufur terhadap Rabbnya.


Kedzaliman dan kekufuran bukan terletak pada ucapan tetapi dalam sikap dan perbuatannya. Lisannya berucap bahwa Allah-lah sembahannya, tetapi sikap perbuatannya meng-Ilahkan dunia. Lisannya berucap bahwa Qur’an sebagai petunjuk hidup, tetapi kitab-kitab Yahudi menjadi bacaan dan pegangannya. Lisannya berucap bahwa Rasulullah Muhammad S.A.W. teladan hidup dan kehidupannya, tetapi perilaku Yahudi-Nasrani, adat-istiadat nenek moyang panutan sikap dan perbuatannya dalam hidup dan kehidupan.


Demikian itu karena manusia terlalu sombong dan melampaui batas. Dikaruniai modal dasar ruh, rasa, hati, aqal dan nafsu agar masing-masing tumbuh kembang bebas menuju Robbnya, malah nafsu dan logika yang ditumbuh suburkan dengan menekan ruh, sehingga ruh merintih merasa kesakitan tidak bisa berkomunikasi dengan Robbnya, akibat ulah nafsu dan logika yang tidak mau kompromi untuk memenuhi kepuasan tuntutan hidup duniawi.


Jeritan Ruh mengadu kepada Robbnya


Melihat ruh selaku tetesan kesucian-Nya … (Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS. Al Hijr (15) : 29) … sedang terinjak-injak oleh nafsu dan logika, maka sang Ar Rahman dan Ar Rahiim menyeru kepada ruh agar bermohon kepada-Nya, dengan susunan bahasa kata sebagaimana firman-Nya pada QS. 17 : 80 berikut ini.


وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِّى مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا
Dan katakanlah : “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS. Al Israa (17) : 80)


Atas jeritan permohonan ruh, akibat terinjak-injak nafsu dan logika, maka Allah memberikan pertolongan-Nya sebagaimana firman Allah pada QS. Al Anfaal (8) : 17 berikut:


فَلَمْ تَقْتُلُوْهُمْ وَلكِنَّ اللهَ قَتَلَهُمْ وَمَارَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلكِنَّ اللهَ رَمَى وَلِيُبْلِىَ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُ بَلآَءً حَسَنًا إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu’min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Anfaal (8) : 17)


Demikianlah Allah, begitu mudah Dia Allah sang Ar Rahman melimpahkan rahmat karunianya kepada hamba yang bersungguh-sungguh memohon kepada-Nya. Suatu pertanda bahwa Allah itu dekat dan sangat dekat dan mudah dihubungi. Sebagaimana firman-Nya.: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah (2) : 186). Namun, sungguh rahmat Allah mendahului murka Allah, artinya apabila rahmat pertolongan Allah telah diturunkan tetapi tidak didayaguna-manfaatkan selaras dengan kehendak-Nya, maka rahmat itu akan berubah menjadi laknat atau azab. Sebagaimana firman-Nya pada QS. 17 : 8 berikut ini.


…عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِيْنَ حَصِيْرًا
“Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu, dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al Israa’ (17) :


Rahmat Terbesar dari Allah S.W.T.


Rahmat terbesar yang Allah turunkan kepada hambanya yang menjerit merintih meminta pertolongan untuk dikeluarkan dari tekanan nafsu dan logika adalah berupa kitab petunjuk jalan lurus untuk jumpa kembali kepada Robb, yakni Al Qu’an. Agar rahmat tetap menjadi rahmat, maka serba-serbi dalam berbuat, harus membuka Qur’an untuk menjangkau terbuka lurus pandangan terbuka pada satu titik (.) yakni Aku Allah.


Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya; (QS. Al Kahfi (18) : 1) … Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An Nahl (16) : 89). Bagaimana bisa berpandangan lurus terbuka pada satu titik Allah agar rahmat tetap menjadi rahmat? Allah hanya bisa dihubungi dengan hati bersih murni. Hati bersih murni akan terjadi apabila apa yang dilihat mata dan didengar telinga sama sekali tidak berpengaruh (putus tali) dalam hati.


Secara rinci ciri-ciri hati bersih murni adalah :


Lapang dada karena tidak terpengaruh oleh apa dan siapa, kecuali Allah. Laksana sebutir buah kelapa yang terlempar di tengah laut. Walaupun berada di tengah-tengah gelombang ia tidak terpengaruh oleh besarnya gelombang lautan kehidupan.


Suasana hati terasa sejuk segar, sejuk karena terlepas dari panasnya masalah kehidupan di lingkunagn terbuka, dan segar karena bangkit kembali dari kelayuan setelah memperoleh siraman air segar dari langit berupa siraman ruhani kalam Ilaahi.


Walaupun mata kepala melihat fenomena dan telinga mendengar suara/informasi, namun apa-apa yang dilihat dan didengar tidak berpengaruh (putus tali hubungan) ke dalam hati atau tidak dicerna hati tidak menggetarkan hati. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa berbagai omongan yang tidak selaras dengan Qur’an dan Sunnah Rasul hanya akan membikin hati menjadi kotor dan busuk. Keyakinannya adalah bahwa hati hanya untuk Allah, sedangkan Aqal untuk memikirkan ciptaan Allah dalam rangka ketundukan hati kepada-Nya.


Berkondisi cukup setimbang sempurna, tampil dengan lemah lembut. Kondisi demikian merupakan buah hasil dari lepasnya hati dengan segala yang dilihat mata dan didengar telinga. Dengan kelemah-lembutan inilah maka akan bersambung dengan Aku Allah. Tersambungnya hati dengan Allah, maka akan dirasakan ketenangan. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram (tenang) dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (tenang). (QS. Ar Ra’d (13) : 28). Wujud tersambungnya hati dengan Allah, maka segala yang tidak dari Allah dan Rasul-Nya akan ditolak.

Bersambung ke jeritan ruh … 2


http://renunganbimo.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar